Oleh: Yunus E. Yeimo
Hadirnya sebuah kota dan wilayah akan selalu dibarengi dengan berbagai masalah hidup dan kehidupan perkotaan (urban life). Persoalan perkotaan itu sangat kompleks, dan semua stackholder memahami masalah-masalah itu. Sebab sebuah kota hadir dan berkembang bukan membawah dampak positif saja, tetapi banyak juga hal negatif. Salah satu masalah yang menjadi perhatian publik di hampir semua kota-kota besar maupun yang baru berkembang adalah “sampah”.
Pada umumnya masyarakat kota menganggap, sampah merupakan bahan buangan yang tak berharga. Padahal, sampah sangat berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai bahan pupuk tanaman dan memiliki nilai ekonomis jika di kelola secara baik. Persoalan lain dengan mengolah sampah tersebut, akan mengurangi permasalahan yang terus meningkat seiring perjalanan waktu, terutama disebabkan oleh terus meningkatnya populasi dan kebutuhan manusia secara langsung maupun secara tidak langsung, tentunya juga akan menyebabkan semakin meningkatnya volume sampah (limbah) sehingga menjadi beban bagi lingkungan.
Kota Timika yang sering kali di juluki sebagai kota ”Indonesia Mini, Dapur Dunia, Kota Emas, Kota Industri” kini telah bertambah sebuah nama baru yaitu ”kota sampah” (baca: Radar Timika, Edisi Rabu 03/ 09/ 08). Nama baru itu, mamang tidak menghebohkan warga kota Timika, karena sedang ”membudaya” dan bukan sesuatu yang ”luar biasa”. Karena ia (sampah itu) menyerupai sebuah patung yang menarik dan sedap bauhnya, yang bertumbuh dan berkembang secara pesat di beberapa sudut kota Timika.
Tempat pembuangan akhir (TPA) Iwaka di palang Warga masyarakat yang tinggal di sekitar. Sementara itu, pihak pengelola pengangkutan sampah (kontraktor yang menangani) tidak mau urus warga yang palang TPA Iwaka. Lebih jauh lagi, pihak pemerintah melalui dinas terkait tidak ada kejelesan (ponsel belum bisa tersambung) kepada pihak media. Maka, sebuah pertanyaan yang perlu dijawab bersama bagi warga kota Timika dan sekitarnya adalah tugas dan tanggungjawab siapakah mengatasi tumpuhkan sampah ini? Siapa pun dia yang hidup dan tinggal di kota Timika, dialah yang paling bertanggungjawab untuk mengatasi masalah ini.
Menurut hemat saya, untuk mengatasi masalah sampah dan permasalahan lain yang ada di perkotaan adalah pertama, perlunya kedasaran masyarakat (penjual pribumi dan pedagang kaki lima) untuk memperjual-belikan barang dagangan dalam keadaan bersih, sebelum membawa ke pasar (pusat bisnis). Kedua, perlunya pengetahuan masyarakat luas tentang hidup dan kehidupan perkotaan. Terutama menjaga kebersihan lingkungan perumahan atau permukiman dimanapun kita hidup. Ketiga, perlunya (kejelasan) atau kerja sama antara masyarakat adat (Iwaka), pengelola pengangkut sampah dan pemerintah. Untuk bersama-sama duduk berbicara mencari solusi terbaik untuk mengatasi masalah ini. Keempat, perlunya sebuah tempat (pabrik) yang bisa mendaur ulang sampah-sampah itu agar di proses secara moderen dan ramah lingkunan. Kelima, pemerintah perlu menyiapkan tenaga kebersihan kota, melalui dinas tata kota atau dinas kebersihan dan lingkungan kota. Keenam, kurangnya fasilitas tempat pembuangan ”tempat sampah” di tingkat kelurahan atau rukun tetanga di sekitar kota Timika. Sebab, setiap keluarga perlu mengolah sampahnya sendiri, dengan demikian persoalan sampah kota Timika tidak separah sekarang ini. Karena penghasil sampah terbesar di perkotaan adalah sampah yang berasal dari rumah tangga. Ketuju, perlunya penelitian mendalam untuk mengetahui sumber-sumber datangnya sampah dan bagaimana mengatasinya.
Sebenarnya, sampa itu jika di kelola dengan baik maka dari sampah ini, menghasilkan pupuk organik yang murah, berkualitas, terjangkau, dan mempercepat terwujudnya sistem pertanian organik yang lestari berproduksi, ramah lingkungan dan menghasilkan produk pertanian yang sehat.
Dalam memanfaatkan dan mendaur ulang sampah menjadi bahan-bahan lain yang bernilai ekomonis, diperlukan perencanaan yang konseptual, menyeluruh dan penanganan dengan menggunakan teknology yang memadai, misalnya menggunakan bioaktivator atau efektive mikroorganism (EM4). Untuk menjadikan sampah menjadi kompos merupakan langkah yang paling positif, dengan menggunakan pengurai aktive (EM4) sehingga proses membuat kompos atau bokashi menjadi lebih cepat.
Permasalahan umum lain yang sering terjadi di kota-kota besar adalah ”banjir”. Masalah ini masih belum dirasakan oleh warga kota Timika secara umum. Namun di beberapa sudut kota seperti warga masyarakat yang tinggal di Gorong-gorong mulai berpikir dua kali, karena selalu menjadi langganan banjir (Radar Timika 08/09/08). Dan persoalan ini (banjir) jika tidak diatasi oleh semua pihak, maka akan bertambah lagi sebuah nama baru yaitu ”Kota Banjir”. Mengapa? Karena banjir terjadi diakibatkan oleh kurangnya penanganan sampah oleh semua pihak.
Selain itu, kota Timika di lalui oleh beberapa sungai yang dapat menguntungkan untuk dapat dimanfaatkan sebagai tempat rekreasi, cuci, dan untuk keperluan irigasi. Tetapi satu hal yang mengkhawatirkan dari sungai-sungai ini adalah menjadi ”tempat ideal” untuk membuang sampah yang merupakan “sumber banjir” di perkotaan. Selain itu, banyak drainase (parit) yang di penuhi (ditanami) sayur kangkung oleh warga masyarakat, sebagai sumber pendapatan mereka. Disisi lain parit di buat agar air hujan dan air limbah dari rumah bisa mengalir secara lancar ke sungai.
Untuk mengatasi masalah ini adalah tanggungjawab kita semua (masyarakat, pengelola pengangkut sampah dan pemerintah. Kalau hal ini tidak diatasi segera, persoalan akan semakin sulit dan baunya go internasional, sehingga sampah menjadi alasan untuk hidup dan mengisi waktu sepanjang hari dimanapun kita hidup.
Catatan:
Tulisan ini pernah dimuat di Koran Radar Timika pada Bulan September 2008.
Sumber foto: www.radartimika.com
PROFIL YAMEWA PAPUA
LATAR BELAKANG
Latarbelakang berdirinya, “YAMEWA-PAPUA/ Lembaga Studi Kampung-Kota dan Pengembangan Arsitektur Papua [Yamewa Institute for Papuan Architecture Development, Rural and Urban Studies], adalah kenyataan bahwa di Papua masih banyak kekayaan/ hasil karya leluhur yang belum digali dan diangkat. Disisi lain hal ini disebabkan oleh kurangnya ‘kepekaan’ kita untuk mencintai dan menghargai hasil karya dan kekayaan leluhur itu. Memang benar bahwa untuk membangun sebuah pulau yang begitu besar dan dihuni oleh lebih dari 312 suku, membutuhkan pemikiran kreatif, inovatif dan kerjasama oleh semua pihak.
Untuk itulah, LSM YAMEWA-PAPUA ini berdiri, namun, apa yang kami akan lakukan ini adalah hanyalah setitik air di tengah samudra multi-dimensi persoalan yang mengelimuti tanah Papua. Tetapi kami berharap agar titik-titik air yang kami sumbangkan itu dapat memberikan andil dalam lajunya pertumbuhan dan pembangunan di Tanah Papua yang tercinta.
Bagi Anda yang ingin memberikan setitik air, untuk demi perubahan dan kemajuan tanah Papua, di tengah multi-dimensi persoalan ini, kami mengundang mari gabungkan titik air yang Anda miliki dengan titik air yang kami sumbangkan bagi negeri ini agar titik-titik air tersebut makin berarti bagi negeri 1001 suku ini.
VISI DAN MISI
1. Terwujudnya masyarakat Papua yang “Bersih, Sehat, Nyaman dan Sejahtera dari dalam dan sekitar “rumah”, di mulai dari rural dan urban yang berbasis lokal kepapuaan.
2. Menjadi lembaga yang “Profesional, Mandiri, dan Terpercaya, di Bidang Arsitektur dan kajian rural dan perkotaan di Papua”.
1. Menggali dan menggangkat arsitektur tradisional sebagai “indentitas” orang Papua
2. Mewujudkan atau mengusulkan arsitektur dan pengembagan kota berbasis lokalitas Papua
3. Membantu Pemerintah Daerah dalam mewujudkan arsitektur dan kota-kota berdasarkan “perilaku” Manusia Papua.
4. Mewujudkan panggilan kemanusiaan melalui “Bina Sosial, Bina Usaha dan Bina Lingkungan”
FOKUS BIDANG KEGIATAN
Melakukan penelitian dan pengembangan terhadap arsitektur tradisional Papua. Dengan metode “kearifan lokal”. Dan menggali potensi manusia Papua dengan konsep “arsitektur dan perilaku manusia Papua”. Serta melakukan kajian-kajian terhadap kehidupan masyarakat perkotaan di Papua.
2. Training and Education (Pendidikan dan Pelatihan).
Melakukan pelatihan dan pendidikan tentang arsitektur melalui; Pelatihan, Konsultasi, Worshop, Seminar, serta Publikasi dan Dokumentasi Hasil Penelitian. Dengan metode “kearifan lokal, serta dengan penggunaan perangkat lunak seperti AutoCAD, 3D Max, Sketh-UP, ArhiCAD dan lain-lain”.
3. Consultant Architecture, Rural and Urban Studies (Konsultan Arsitektur, kajian Kampung dan Perkotaan).
Menjadi kosultan perencana arsitektur, dan melakukan kajian-kajian terhadap kota dan kehidupan masyakat dalam permukiman, perumahan, dan kehidupan sosial dan lingkungan perkotaan.
LEGALITAS HUKUM
Lembaga Studi kampung-kota dan Pengembangan Arsitektur Papaua/ Yamewa Institute for Papuan Architecture Development, Rural, and Urban Studies, yang disingkat LSM [YAMEWA-PAPUA], adalah Lembaga independen non-profit. Lembaga ini berdiri dengan Akte pendirian No. 01, tertanggal 02 Februari 2009, di hadapan Notaris & PPAT Sukamto SH, M. Hum.
PENGALAMAN KEGIATAN
2. Sedang Melakukan Penelitian terhadap Arsitektur Tradisional Suku Amungme dan Kamoro, bekerja sama dengan PEMDA KAB. MIMIKA dan Universitas Kristen Duta Wacana, Yogyakarta pada tahun 2008/ 2009.
3. Sedang Melakukan konsultasi untuk memberikan pemahaman tentang bagaimana mewujudkan rumah tinggal yang “nyaman, aman, sehat, dan asri. Berdasarkan arsitektur dan perilaku manusia dan alam setempat (Papua).
USULAN KEGIATAN/ PROPOSAL
1. Seminar dan Pelatihan Kuli Bangunan Lokal Kabupaten Paniai tahun 2010
2. Usulan Desain Kantor ‘Model YAMEWA/ YUWOWA’ untuk Kabupaten Dogiyai, Deiyai dan Intan Jaya.
3. Usulan Penenelitian Arsitektur Tradisioal Suku Mee (Kabupaten Dogiyai) dan Migani (Kabupaten Intan Jaya) tahun 2010.
4. Usulan Studi dan Penyusunan data dan informasi untuk Kabupaten Dogiyai, Intan Jaya dan Deiyai.
ALAMAT/ ADREASS
Contact Person: HP :085235453577, 081240100511 [Yunus]
E-mail: yamewapapua@gmail.com
Web: yamewapapua.blogspot.com
Facebook: Yunus Yeimo
ANDA PENGUNJUNG KE
MATA DUNIA
PETA PENGUNJUNG
17 Januari, 2009
Atasi Sampah Kota Timika; Tugas Siapa?
Diposting oleh YAMEWA-PAPUA di 1/17/2009 06:05:00 PM
Label: WAJAH KOTA
HEADLINE POSTING
RUANG KOMENTAR ANDA
|
Kata pujian itu manis dan menyenyangkan, kata kritikan itu pahit dan bikin kuping panas, tapi kritikan bisa bikin bisa bermanfaat kalau kita bisa kita menerimanya dengan lapang dada. AW/28/02/2009.
BLOG ARSITEKTUR/ JURNAL
ALAMAT SITUS ARSITEKTUR
PAPUAN NEWS
INDONESIAN NEWS
RUANG BLOG KAWAN
RUANG PENGIKUT YP
Semua tulisan dan gambaar/ foto dari blog Yamewa Papua dapat dicopy untuk kepentingan pembangunan, alam, budaya arsitektur, manusia Papua dengan menyebutkan nama penulis dan sumber Yamewa Papua sebagaimana pengutipan lazimnya. Saran, komentar, atau dukungan Anda untuk Yamewa-Papua surati kami melalui box pesan. atau via E-mail:yamewapapua@gmail.com.
__________________________________________
Copyright@2009 YAMEWA-PAPUA
1 komentar:
http://www.blogger.com/profile/05742109314122007357
http://www.blogger.com/profile/05569381149515732484
http://www.blogger.com/profile/13827850720479857288
http://www.blogger.com/profile/12171452171738543840
http://www.blogger.com/profile/09447595495612163235
http://www.blogger.com/profile/16858706979810755424
http://thehappygoluckybachelor.blogspot.com/
by edoway yunus
west papua cover boy marking
Posting Komentar